Memahami EPC dalam Proyek Konstruksi: Langkah-langkah Penting dan Keunikan Tahapan
EPC, singkatan dari Engineering-Procurement-Construction, adalah serangkaian langkah penting dalam proyek konstruksi. Ini seperti tiga tahap utama yang membentuk tulang punggung proyek tersebut.
Bayangkan proyek konstruksi sebagai perjalanan: Pertama, ada tahap Engineering, yang mirip dengan membuat peta dan merencanakan rute perjalanan. Kemudian, ada Procurement, yang seperti mempersiapkan bekal dan perlengkapan untuk perjalanan tersebut. Terakhir, ada tahap Construction, yang merupakan saat kita mulai menjalankan rencana dan membangun sesuatu.
Sekarang, tahap Procurement ini menarik. Biasanya, dalam proyek biasa, kita hanya fokus pada perencanaan dan pembangunan. Tapi di EPC, tahap ini menjadi penting. Mengapa? Karena proyek EPC tidak biasa. Mereka seperti petualangan besar, seperti misalnya di industri minyak dan gas, pembangkit listrik, atau pertambangan. Proyek biasa, seperti bangunan atau industri kecil, tidak perlu menggunakan EPC karena akan terlalu rumit.
Sekilas tentang proyek biasa: biasanya hanya ada dua tahapan, perencanaan oleh konsultan dan pelaksanaan oleh kontraktor. Tapi terkadang, pada proyek menengah ke bawah, satu pihak bisa menangani keduanya. Ini disebut Design and Build, mirip dengan EPC namun dalam skala yang lebih kecil.
Di proyek EPC, kita bertemu dengan kontraktor khusus yang disebut Kontraktor EPC atau Perusahaan EPC. Mereka tidak seperti kontraktor biasa. Mereka harus menguasai banyak disiplin teknik, seperti teknik proses, mekanikal, listrik, dan sipil. Dan setiap disiplin ini bisa dibagi lagi menjadi sub-disiplin yang lebih spesifik.
Ada yang menarik di sini: dalam proyek EPC, definisi “bangunan” agak berbeda. Disiplin arsitektur, misalnya, lebih sedikit. Sebagian besar fokus pada disiplin teknik lainnya. Istilah seperti Civil dan Structure memiliki arti yang berbeda, mencakup segala hal mulai dari pondasi hingga struktur atas.
Tahapan proyek EPC bisa kita lihat seperti sebuah peta perjalanan yang rinci. Ada tahap Master Plan, FEED, Tender, Engineering, Procurement, Construction, Installation (jika di laut), Commissioning, dan akhirnya Operation.
Misalnya, pada tahap Engineering, detailnya sangat penting. Itu adalah saat semua rencana dibuat menjadi gambar teknis, daftar material, dan spesifikasi yang akurat. Dan tahap Procurement, seperti memilih perlengkapan dan jasa, juga penting. Pekerjaan konstruksi sendiri dilakukan oleh kontraktor, namun mereka sering bekerja sama dengan subkontraktor yang lebih spesialis dalam tugas tertentu.
Setelah semuanya selesai, proyek harus diuji (commissioned) sebelum diserahkan kepada pemiliknya. Misalnya, sebuah pembangkit listrik akan diuji dari sistem utamanya hingga sistem pendukungnya untuk memastikan semuanya berfungsi dengan baik.
Akhirnya, ada istilah lain seperti EPCI dan EPCC, yang menambahkan langkah tambahan sesuai dengan kebutuhan proyek dan keputusan pemiliknya.
Jadi, EPC adalah tentang membawa rencana menjadi kenyataan dalam proyek konstruksi yang besar dan kompleks.
Beberapa Proyek EPC Yang Ada Di Indonesia :
1. Proyek SMELTER MANYAR GRESIK – PT Chiyoda International Indonesia
Kontrak ini mencakup pengerjaan proyek pembangunan smelter berkapasitas 1,7 juta ton pengolahan konsentrat per tahun serta fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Adapun produk dari hasil smelter ini yakni sekitar 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Meski sebelumnya PTFI enggan menyebutkan nilai kontrak EPC proyek smelter ini, namun Freeport McMoran (FCX), pemegang 49% saham PTFI mengungkapkan dalam laporan kinerja semester I 2021 pekan lalu, 22 Juli 2021 bahwa nilai kontrak EPC ini diperkirakan sekitar US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Proyek Besar dengan Nilai Miliaran Dolar
Nilai tersebut tidak termasuk bunga yang dikapitalisasi, biaya pemilik dan uji coba (commissioning).
Sebelumnya, Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak sempat menuturkan bahwa perkiraan nilai investasi untuk pembangunan proyek smelter baru Freeport di Manyar, JIIPE, Gresik ini mencapai US$ 3 miliar.
2. Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP)Refinery Development Master Plan (RDMP) – Balik Papan, Kalimantan Timur, Indonesia
Pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan memasuki babak baru dengan ditandatanganinya kontrak pelaksanaan rancangan konstruksi (Engineering, Procurement and Construction – EPC) ruang lingkup pembangunan kilang baik Inside Battery Limit (IBL) maupun Outside Battery Limit (OSBL).
Penandatanganan kontrak ini akan menandai dimulainya pembangunan RDMP Balikpapan, setelah melalui proses lelang pada 15 Maret – 26 November 2018 dinyatakan selesai dan telah diumumkan pemenangnya pada 30 November 2018.
Kolaborasi Antar-Negara dalam Pembangunan
Pembangunan RDMP Kilang Balikpapan akan dilakukan oleh Joint Operation 4 perusahaan dalam dan luar negeri yakni SK Engineering & Construction Co Ltd, Hyundai Engineering Co Ltd, PT Rekayasa Industri, dan PT PP (Persero) Tbk, dengan kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp 57,8 triliun atau US$ 4 miliar.
Mengatasi Tantangan dengan Optimisme
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui memang ada keterlambatan dalam pembangunan kilang Balikpapan ini, namun menurutnya lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
“Memang kami akui kilang ini mengalami keterlambatan, mending telat deh. Kita hari ini mulai, tapi kita percepat. Jadi akhir 2026, keenam proyek kilang ini bisa kita laksanakan. Jadi, schedule tuh udah very tight. Seluruh detail jadi 53 bulan. Ini kami harapkan bisa 2023,” ujar Nicke, Senin (10/12/2018).
Nicke menjelaskan, untuk membangun RDMP Kilang Balikpapan ini, pihaknya membagi jadi dua tahap (delivery), sebab perusahaan tidak ingin terlalu lama untuk menyelesaikan seluruh pembangunan kilang.
Rencana Masa Depan yang Bertanggung Jawab
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang menuturkan, pembangunan kilang Balikpapan ini akan memakan waktu 53 bulan sejak tanggal efektif.
“Kami sudah sepakat durasi pembangunan kilang ini 53 bulan sejak effective date. 53 bulan ini sampai dengan mechanical complication. Commercial on Date (COD) lalu. Tambahan 3 bulan lagi sampai Operating, jadi kira-kira selesai di Agustus 2023. Periode satu tahun berikutnya, jaminan, semua peralatan sudah beroperasi dengan baik, dan produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditargetkan,” jelas Ignatius kepada media saat dijumpai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (10/12/2018).
RDMP Kilang Balikpapan bagian dari proyek strategis Pertamina untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Nantinya kapasitas Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100 ribu barel per hari, atau naik 38 persen dari sebelumnya 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
RDMP Kilang Balikpapan akan difokuskan untuk meningkatkan produksi BBM berkualitas dan ramah lingkungan sesuai dengan standar Euro V.
“RDMP Kilang Balikpapan, akan mengurangi beban impor solar hingga 17%, karena produksi solar meningkat 23% atau 30 ribu barel per hari. Selain itu, RDMP Kilang Balikpapan juga akan menghasilkan produk baru propilen sebesar 230 ribu ton per tahun,” imbuhnya.
Author: Aziz Bakhtiar